HAL TERINDAH (Oleh : Wilis Nurbarokah)
Tak ada kata yang bisa mewakilkan hatinya saat ini. Remuk? Lebih dari itu. Hancur? Lebih dari itu. Mungkin 'mati' adalah satu kata yang tepat untuk hatinya saau ini. Gadis ini, Ify yang tidak bisa lagi membendung air matanya. Bersikap 'sok' kuat di hadapan orang lain. Ia duduk di pinggir kolam renang rumahnya dan membiarkan air matanya terus mengalir.
Tanpa sadar ia menjatuhkan diri ke kolam dan
bergerak dengan cepat di dalamnya. Ia terus berenang hingga akhirnya seseorang
memanggilnya. "Ify" Ify langsung berhenti mendengar suara itu.
Ia langsung saja naik ke pinggir kolam dan
berlari memeluk pria yang memanggilnya tadi.
"Rio.... Debo jahat" Ify menangis
sesenggukan di dada bidang Rio.
Sedangkan Rio terus menenangkan Ify dengan mengusap
kepalanya.
Keheningan terjadi, hanya terdengar suara
sesenggukan Ify.
"Udah, Fy. Baju aku jadi ikutan basah nih!" Ucap Rio memecah keheningan.
Dengan segera Ify melepas pelukannya.
"Udah kamu jangan nangis. Masih banyak yang lebih baik dari dia, senyum
dong" Ucap Rio lagi.
"Tapi aku sayang sama dia" Ucap Ify
dengan suara paraunya.
"Iya, aku tahu. Kamu pasti bisa lupain dia.
Sekarang kamu mandi da istirahat ya" Ucapan Rio itu membuat Ify
menangguk dan segera masuk ke dalam rumah untuk mandi. Sementara Rio pergi ke
dapur rumah Ify untuk membuatkan makanan untuk Ify. Rio tahu, dalam keadaan
seperti ini Ify pasti belum makan.
Selesai mandi, Ify keluar dari kamarnya dan
melihat Rio sudah duduk manis di meja makan. "Makan, Nona smile
emotikon" Ucap Rio setelah melihat Ify berjalan ke arahnya. Ify
hanya tersenyum menanggapi Rio.
"Ngga mau, belum laper" tolak Ify.
"Lapernya kapan? Nunggu sakit baru laper, ayolah Fy makan, jangan cma
gara-gara Debo, kamu jadi kaya gini" Rio memohon kepada Ify.
"Ngga mau, Yo. Jangan sebut nama Debo di depan
aku deh" Ucap Ify yang tidak suka atas paksaan Rio, ahh bukan. Tidak suka
apabila ada yang menyebutnama Debo di depannya. Ia benci da sangat
membenci nama itu saat ini.
Bayang-bayang itu ada lagi di benak Ify,
membuat keheningan tercipta diantaranya dan Rio.
Saat itu, Ify sedang menunggu Debo di taman. Ia
sangat sabar menunggu Debo. Hingga satu jam menunggu, Debo tak datang juga. Ify
mulai gelisah dan mengambil ponsel di tas kecil yang diselempangkan di
pundaknya. Ia mencari nama Debo di kontaknya kemudian
menekan tombol 'call'.
tutt tutt
Terdengar nada sambung telepon. Tapi Debo tak
mengangkatnya. Ify mencoba lagi dan....
"Hallo" terdengar suara wanita yang
asing bagi Ify di ujung telepon.
"Hallo" Ify menanya balik dengan perasaan curiga.
"Debonya ada?" lanjut Ify.
"Debo lagi ke toilet, ini siapa ya" tanya wanita tersebut.
"Saya Ify, kamu siapa ya?" Ucap Ify ragu.
"Saya Zahra, pacarnya Debo"
DEGGG
Dadanya sesak. Ia tak bisa mengontrol dirinya
hingga ponsel yang tadi ia tempelkan ke telinganya terjatuh tanpa disadarinya.
Membuat wanita di seberang telepon memutuskan sambungan karena tidak ada
jawaban. Air matanya mengalir begitu saja.
"Hanya seginikah kamu menghargai
kepercayaanku" Ucapnya di sela-sela isakkannya. Ia segera berlari menjauhi
taman itu.
"Fy, ayo makan. Mau aku suapin?" ucap
Rio yang masih
memaksa Ify untuk makan dan membuat lamunan Ify
buyar. Mau tidak mau Ify mengangguk.
Keesokkan harinya Ify berangkat sekolah seperti
biasa. Kantung matanya yang tebal ia tutupi dengan kacamata bolongnya. Dan
penampilannya pagi ini tentu membuat sahabatnya ternganga. Bukan karena Ify bak
menjelma sebagai putri raja, atau bak lady gaga.
"Ya Ampun Fy, sumpah gue nganga liat model
rambut loe kali ini" Ucap Siviayang tau bahwa Ify tidak pernah berganti
model rambut sejak kecil. Dan kini model rambut Ify yang pendek di atas bahu
membuat Sivia hampir tidak mengenalinya. Ditambah lagi kacamata yang Ify
kenakan. Kalau saja rambut Ify diberi warna ungu atau hijau dan melepas
kacamatanya, dari belakang Ify tampak seperti Jenita Janet.
"Ahh biasa aja kali, Vi" Ucap Ify.
Rio yang memang baru berangkat pun kaget meihat
Ify. Iajuga tau kalau Ify tak pernah berganti model rambut sejak kecil. Tapi ia
tak seperti Sivia yang menanggapi ini histeris. Rio hanya menggelengkan
kepalanya.
"Ify....Ify.... Gini nih kalo orang lagi patah hati" Rio bergumam.
"Apa loe bilang?" ternyata Ify mendengar gumaman Rio dan langsung
memasang muka garang. Rio langsung bergidik ngeri.
"engga engga" elak Rio dan langsung duduk
di bangkunya.
Ify.
Terlihat tegar di hadapan sahabat-sahabatnya. Tapi sebenarnya ia tak sekuat
itu. Hatinya masih hancur karena Debo. Dan sampai saat ini Ify hanya memutuskan
hubungan mereka melalui pesan singkat.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu rumah Ify. Bi
ina, pembantu di rumah Ify pun segera membukakan pintu.
"Ehh Mas Rio. Nyari Non Ify ya Mas?"
Tanya Bi Ina setelah melihat siapa yang mengetok pintu.
"Iya, Bi. Ify nya ada?"
"Ada, Mas. Di kamarnya."
Rio segera masuk ke dalam rumah Ify dan menuju
ke kamar Ify di lantai dua. Namun sayup-sayup ia mendengar isakan kecil dari
kamar Ify. Rio pun segera berlari ke pintu kamar Ify dan mengetuknya.
"Fy..."
Ify yang mendengar namanya dipanggil segera
mengusap pipinya dengan agak kasar. Ia tak mau Rio melihatnya menangis lagi.
"Iya bentar" sahut Ify dari dalam
kamardan segera membukakan pintu. Ify sangat hafal, itu adalah suara Rio.
"Ada apa, yo" Tanya Ify setelah
membuka pintu. Ify mencoba untuk tersenyum.
"Ikut aku yuk" ajak Rio tanpa
basa-basi.
"Kemana?" tanya Ify bingung.
"Cepat ganti baju, aku tunggu di bawah" Ucap Rio tanpa mengindahkan
pertanyaan Ify. Ify yang semakin bertambah bingung hanya menuruti kata-kata
Rio.
Ternyata Rio mengajak Ify ke tepi danau. Tempat
Ify dan Rio bermain ketika kecil. Rasanya Ify sudah lama sekali tidak
mengunjungi tempat ini. Ify merentangkan tangannya dan menikmati sejuknya angin
yang menerpa wajahnya. Ify terduduk di bawah pohon besar. Rio duduk di samping
Ify.
"Fy" panggil Rio.
"Ya" jawab Ify singkat.
"Kamu tau hal terindah dalam hidup ini?"
tanya Rio.
"Danau ini. Itu katamu dulu" jawab Ify.
"Sekarang beda. Hal terindah dalam hidup
aku adalah kamu" ucapan Rio kali ini membuat Ify menoleh ke arah Rio dan
menatapnya dengan raut wajah bingung.
"Karena itu aku tidak ingin melihat hal
terindah dalam hidup aku rapuh dan muram. Aku ingin melihat hak terindah dalam
hidup aku tetap tersenyum" Ify semakin bingun mendengar lanjutan dari
perkataan Rio
"Kamu jangan nangis lagi Fy. Jangan sedih
lagi"
Rio menunduk ketika mengucapkan kata-kata ini.
Ify mulai mengerti arah pembicaraan Rio.
"Rio, aku udah ngga papa. Aku kuat kok" Ucap Ify meyakinkan Rio.
"Kamu bukan kuat,Fy. Tapi sok kuat. Kamu pikir aku tidak dengar kamu
nangis di kamar" Ucap Rio dengan sedikit penekanan. Ify terlonjak
mendengar ucapan Rio. Ify tidak tahu kalau Rio mendengar Ify menangis. Tanpa
disadari, air mata Ify mulai mengalir.
"Aku bukan sok kuat, Yo. Aku bukan sok
tegar. Tapi kamu dan Sivia lah yang membuat aku kuat. Kehadiran kalian di sisi
akulah yang membuat aku kuat" Ucap Ify di sela isakannya.
Rio menoleh ke arah Ify, "Aku sayang kamu
Fy. Aku cinta kamu. Izinkan aku menggantikan posisi Debo"
Ify kembali terlonjak mendengar ucapan Rio.
"Kamu tidak akan menggantikan posisi Debo di hati aku. Karena aku sadar
Debo tidak pernah ada di hati aku dan aku juga baru sadar kamu adalah orang
yang selama ini ada di hati aku, kamu selalu ada untuk aku. Yo, kamu juga hal
terindah dalam hidup aku. Aku hanya menyesal, kenapa aku bisa mempercayai
seorang Debo" Ify menjelaskan apa yang ia rasakan saat ini juga. Dengan
senyum yang mengembang di bibirnya. Kali ini Rio yang dibuat terlonjak oleh
Ify.
"So, Would you be mine?"
"Yes, I would" Ify langsung menghambur dalam pelukan Rio.
"Ye ye ye. Dapet PJ dapet PJ" Tiba-
tiba saja Sivia muncul dari balik pohon bersama Alvin, kekasihnya. Ia berteriak
gembira dan melompat-lompat bersama Alvin.
"Pasangan aneh" Pikir Ify.
"Sejak kapan kalian disini?" tanya Rio bingung.
"Tadinya kita mau ke rumah Ify. Tapi liat loe bawa Ify kabur jadi kita
ikutin deh"
tanpa dosa. Sedangkan Alvin hanya nyengir kuda.
The End....
Banyumas, 2015
Wilis Nurbarokah
Komentar
Posting Komentar